Valentine’s Day: Kasih Sayang Kok Setahun Sekali?!
KIBLAT.NET – Kita tidak sedang berbicara perayaan Valentine’s Day berdasarkan dalil agama. Sudah cukup banyak dijumpai beragam tulisan yang mengupas secara lengkap dari sisi ini. Komplit dengan beragam dalil dari Al-Qur’an, As-Sunnah, juga beragam fatwa dari ulama salaf.Semua itu bermuara pada kesimpulan tentang larangan perayaan Valentine’s Day bagi umat Islam. Namun, apa yang terjadi kemudian adalah tidak sedikit yang kebal terhadap dalil agama. Nasehat hanya tinggal nasihat yang berlalu dan kian terlupakan. Begitulah.
Valentine’s Day Bukan Hari Kasih Sayang
Istilah yang seringkali digunakan memang sangatlah indah, Valentine’s Day yang dimaknai Hari Kasih Sayang. Namun, apakah realitanya demikian?
Sesuatu yang tampaknya mulai dilupakan, bahwa istilah kasih sayang kerap kali hanya dijadikan sebagai penghias di ucapan. Bibir memang selalu berkata ‘kasih sayang’, namun itu hanya sebagai kata pembuka. Selanjutnya syahwat-lah yang sepenuhnya mengendalikan.
Momen Valentine’s Day kerap kali tidak lebih daripada hari untuk memuaskan syahwat semata. Seks bebas, meneguk miras, hingga berpesta narkoba seakan menjadi menu utama yang dijadikan pilihan dalam rangka perayaan Hari Valentine. Semua itu sekali lagi dilakukan atas nama kasih sayang dan cinta. Kasih sayang palsu dan cinta semu tepatnya.
Terlalu banyak fakta yang ada di sekitar kita. Kalau pun berdalih bahwa itu hanya oknum tertentu semata, ada saatnya bagi yang tetap nekat mendekati Valentine’s Day ini siap-siap menjadi oknum selanjutnya. Ibarat bermain di antara kobaran api, pelan namun pasti api pasti akan membakar segala yang ada di dekatnya.
Mungkin saat ini kita masih terlindungi, namun siapa mengira saat kita mulai terlena, kita tidak akan terjerumus kepada hal yang serupa. Karena setan jauh lebih cerdas daripada apa yang kita bayangkan.
Masa depan kita, sebagai remaja, terlalu berharga jikalau hanya untuk ditukarkan dengan perayaan tanpa makna seperti itu. Kalau pun katakanlah demi kesenangan, ingatlah bahwa kesenangan yang sesaat tersebut akan berbuah rasa sesal yang berkepanjangan.
Hari Pengkultusan atau Kasih Sayang?
Sebenarnya kalau kita mau melihat lebih jauh akar sejarah kemunculan perayaan Valentine’s Day, tidak bias terlepas sebagai bentuk pengkultusan terhadap seorang pendeta. Tanggal 14 Februari adalah hari untuk memperingati kematian Santo Valentinus, seorang pendeta yang dihukum mati oleh Kaisar Romawi Cladius II pada tahun 269 M. Ia dihukum mati karena melanggar kebijakan Kaisar yang berlaku saat itu.
Kebijakan yang diberlakukan kerajaan ialah mempersiapkan generasi pemuda untuk dijadikan pasukan perang. Semua pemuda sementara waktu dilarang untuk menikah. Agar tenaga pemuda sepenuhnya bisa difokuskan ke medan peperangan. Namun, Santo Valentine melanggar kebijakan Kaisar. Ia menikahkan pasangan muda-mudi, yang kemudian dengan alasan inilah ia dihukum mati.
Dengan demikian, perayaan tersebut sebenarnya tidak lain hanyalah merupakan bentuk perayaan mengenang jasa dari Santo Valentine. Dengan merayakan hari Valentine, secara tidak langsung berarti kita turut memuja Santo Valentine. Tidak lain karena ia seorang yang kafir, makna ‘kasih sayang’ atau pun ‘pengorbanan’-nya tak seberapa nilainya. Jika dibandingkan kasih sayang kedua orang tua kepada anak-anaknya, itu sama sekali tak seberapa.
Kasih Sayang dalam Islam
Islam melarang perayaan Valentine’s Day bukan berarti Islam tidak mengenal kasih sayang. Dalam banyak hal, justru Islam sangat menganjurkan kepada umatnya untuk senantiasa berlaku kasih sayang. Dalam cakupan yang lebih luas, bentuk dari pada kasih sayang pun beragam. Tidak hanya kasih sayang antar sesama manusia, namun juga kasih sayang kepada segala makhluk ciptaan Allah Ta’ala lainnya.
Dan ini jelas tidak hanya berlaku pada tanggal 14 Februari, melainkan untuk setiap hari dan kesempatan. Kasih sayang yang murni, tulus, dan jauh dari kendali nafsu. Kasih sayang yang ‘halal’ karena tidak melanggar aturan syariat. Hasilnya, kasih sayang akan berbuah keberkahan. Sangat jauh berbeda dengan perayaan hari kasih sayang saat Valentine, yang sarat kemaksiatan dan kenistaan. Karena perayaannya dihiasi dengan penuh dosa, maka yang tersisa hanya tinggal keburukannya.
Bagi umat Islam, setiap hari adalah hari kasih sayang. Tidak ada bedanya apakah tanggal 14 atau 29, bulan Februari atau Mei. Jadi, sangatlah tidak layak jika kemudian umat Islam turut serta merayakan Valentine’s Day. Selain karena budaya itu bukan berasal dari Islam, hari kasih sayang Valentine’s Day juga sangatlah bertentangan oleh logika kita.
Bagaimana mungkin ‘kasih sayang’ hanya dirayakan sekali dalam setahun? Kalau hari kasih sayang hanya dirayakan sekali pada 14 Februari, lantas bagaimana dengan 364 hari yang tersisa dalam setahun?
Sama sekali tidak ada alasan yang masuk akal bagi umat Islam untuk ikut-ikutan merayakan hari Valentine. Selain jelas hukumnya haram berdasarkan dalil agama, penilaian secara pertimbangan akal dengan asas manfaat-madharat pun jelas tak berimbang. Terlalu berlimpah keburukan yang ditimbulkannya, tidak sebanding dengan sedikitnya kebaikan yang akan didapatkan dari perayaan Valentine’s Day.
Pun sebagai umat Islam, sudah selayaknya bisa lebih peduli terhadap sesama. Utamanya kepada sesiapa yang ada di sekitar kita; saudara, tetangga, kerabat, juga sahabat. Pengetahuan yang kita miliki jangan hanya untuk diri sendiri. Sampaikan beberapa ucap nasehat dengan bijak agar mereka yang ada di sekitar kita bisa terhindar dari jerat mematikan perayaan Valentine’s Day.
Sebagai penutup tulisan, pesan daripada firman Allah Ta’ala ini layak diperhatikan,
وَذَكِّرْ فَإِنَّ الذِّكْرَىٰ تَنْفَعُ الْمُؤْمِنِينَ
“Dan tetaplah memberi peringatan, karena Sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman.” (Adz-Dzariyat: 55)
Penulis: Nidzomul Haq
disadur dari Kiblat.net
0 komentar:
Posting Komentar