Rabu, 16 November 2016

ibnu al-jauzi

Ibnul Jauzi,
Mencari Sahabat Akhirat dengan Nasihat
Ibnu al-Jauzi. Ya.  Siapa yang tak kenal dengan ulama satu ini. Ulama dengan karya yang berjibun. Ulama yang  nasihatnya menghujam dalam kedasar kalbu. Seorang ulama Iraq yang sangat alim, hafal al-Qur’an, muballigh yang handal, namanya pun harum di segenap penjuru dunia. Ia adalah Jamaluddin bin al-Farj Abdurrahman bin Abu al-Hasan Ali bin Muhammad bin Ubaidillah bin Abdulloh bin Hamady bin Abdurrahman bin al-Qasim bin Muhammad bin Abi Bakar Shiddiq al-Qurasyi at-Tamimy al-Bakri al-Baghdadi al-Hanbali. Beliau lebih terkenal dengan sebutan Abu al-Farj Ibnul Jauzy.
Dialah sang mufassir dengan tebaran karya tulis dalam berbagai disiplin ilmu. Kakeknya di kenal dengan al-Jauzy di daerah Jauzah. Ianya adalah seorang ulama yang dilahirkan di Baghdad pada tahun 511 H atau 1117 M. Tepatnya lahir pada era dinasti Abbasiyah pada saat kepemimpinan al-Mustadhhir Billah. Ibnul Jauzy tumbuh dalam keluarga  berkecukupan lagi kaya. Kerabatnya merupakan pedagang perunggu sehingga terkadang beliau menamakan dirinya dengan Abdurrahman ash-Shaffar atau Ibnul Jauzy ash-Shaffar.
Ayahnya, Abdurrahman bin al-Jauzy wafat tatkala beliau masih berumur tiga tahun. Lantas beliau diasuh oleh ibu dan bibinya. Beliau tumbuh dengan baik dan cerdas dibawah pengasuhan keduanya. Setelah menginjak dewasa, bibinya melihat kecerdasan dalam dirinya sehingga sang bibi mengirimkanya pada al-Hafidz bin Nashir untuk diajari ilmu agama lebih banyak dari sebelumnya. Hal tersebut terjadi saat umur beliau masih lima tahun, yaitu pada tahun 516 H.
Akhlak dan Ibadahnya
Ibnul Jauzy kecil sangat suka dengan ilmu. Ia tumbuh menjadi seorang yang wara’, bertaqwa lagi zuhud. Ia tidak suka banyak bergaul dengan orang karena takut waktunya terbuang, terjerumus pada hal yang sia-sia, sehingga ia amat menjaga dirinya, ruhnya, serta waktunya. Al-Hafidz Ibnu Katsir mengomentari beliau, “ dahulu tatkala ia masih kecil, ia tidak banyak bergaul dengan orang dan tidak pula memakan sesuatu yang masih syubhat. Ia tidak keluar rumah kecuali untuk melaksanakan sholat Jum’at, dan ia tidak bermain dengan anak-anak kecil lain.”
Ia banyak membaca al-Qur’an, menghatamkanya sekali dalam setiap minggu, melaksanakan sholat malam, sentiasa berdzikir pada Alloh dan hidup dalam keshalihan. Ia memiliki akal yang cerdas  dan jawaban yang tepat.
Majlis Nasihat
Diantara kegiatan beliau adalah sebagai pemberi nasihat. Ya. Kesungguhan beliau tidak hanya terbatas pada tulisan pena dan karangan-karangan beliau, tetapi lebih dari itu. Imam Ibnul Jauzy memiliki andil besar dan amat terkenal dalam memberikan nasihat, peringatan, khutbah-khutbah, maupun dakwah yang sifatnya umum maupun khusus. Imam Ibnu Katsir mengatakan bahwa ia memiliki kelebihan tersendiri dalam teknik memberikan nasehat yang belum pernah disamai oleh seorangpun. Perhatianya dalam bidang ini pun belum ada tandinganya. Demikian dalam metodenya, tutur katanya, keindahan setiap untai katanya, kemanjuran nasihatnya, kedalaman pembahasanya tentang nilai moral serta pendekatanya pada hal baru. Kelebihanya dapat kita lihat dari ungkapanya yang ringkas lagi mudah dipahami, dimana beliau mampu menghimpun beragam gagasan dalam satu kalimat singkat”.
Tersebab kegiatan beliau sebagai seorang pemberi nasihat, penceramah, guru dan penulis serta tingkat pemahaman beliau terhadap hadits, maka pada suatu ketika tatkala Ibnul Jauzi sedang bersama para sahabat dan muridnya ia berkata, “jika kalian tidak menemukanku di Syurga, maka tanyakanlah tentang aku pada Alloh. Ucapkanlah, “wahai rabb kami, hamba-Mu fulan dulu ia pernah mengingatkan kami untuk mengingatMu, maka masukanlah ia bersama kami di Syurga-Mu”, lantas beliau menangis. Hal ini karena terdapat sabda nabi yang mengatakan bahwa “Apabila penghuni syurga telah masuk ke dalam syurga, lalu mereka tidak menemukan sahabat-sahabat mereka yang selalu bersama mereka dahulu sewaktu di dunia. Mereka pun bertanya tentang sahabat mereka kepada Allah: "Ya Rabb. Kami tidak melihat sahabat-sahabat kami yang sewaktu di dunia solat bersama kami, puasa bersama kami dan berjuang bersama kami." Maka Allah berfirman: "Pergilah kamu ke neraka, lalu keluarkanlah sahabat-sahabat mu yang di hatinya ada iman walaupun hanya sebesar zarah."
Menuju Rafiqul A’la
Setelah usianya ia kerahkan untuk menyeru, da’I, penulis, zuhud dan ikhlas, sekitar 90 tahun, maka sudah saatnya ia kembali pada pangkuan sang Pencipta. Beliau wafat di Baghdad pada malam jum’at pada tanggal 12 Ramadhan 597 H.  beliau di kuburkan disisi imam Ahmad bin Hanbal.
Ya Alloh…rahmat-Mu semoga senantiasa iringi dirinya, masukan ia kedalam surga-Mu yang lapang nan penuh kenikmatan. Dan semoga kita dapat mengambil manfaat dari ilmu yang ia wariskan.
Oleh karena itu, sudah selayaknya kita menapaki jejak langkahnya. Memompa diri agar memiliki jiwa teguh nan semangat sepertinya, berjuang untuk agama, menasihati dalam benar dan taqwa, menjejali hidup untuk saling menasehati. Tersebab nasihat merupakan amalan sederhana yang sangat berpengaruh untuk jiwa. Denganya  seseorang dapat terangkat dari api neraka. Cukuplah semua ini menjadi hikmah untuk kita semua.
Ref: Ibnu Katsir, al-Bidayah wa an-Nihayah/ 13: 28-29
       Ibnul Jauzi, Shaidul Khatir

       Ahmad Farid, 60 Biografi Ulama Salaf/ 716, 719

0 komentar:

 

Penakluk Senja! Published @ 2014 by Ipietoon

Blogger Templates