Ibnul Jauzi,
Mencari Sahabat
Akhirat dengan Nasihat
Ibnu
al-Jauzi. Ya. Siapa yang tak kenal
dengan ulama satu ini. Ulama dengan karya yang berjibun. Ulama yang nasihatnya menghujam dalam kedasar kalbu. Seorang
ulama Iraq yang sangat alim, hafal al-Qur’an, muballigh yang handal, namanya
pun harum di segenap penjuru dunia. Ia adalah Jamaluddin bin al-Farj
Abdurrahman bin Abu al-Hasan Ali bin Muhammad bin Ubaidillah bin Abdulloh bin
Hamady bin Abdurrahman bin al-Qasim bin Muhammad bin Abi Bakar Shiddiq
al-Qurasyi at-Tamimy al-Bakri al-Baghdadi al-Hanbali. Beliau lebih terkenal
dengan sebutan Abu al-Farj Ibnul Jauzy.
Dialah sang
mufassir dengan tebaran karya tulis dalam berbagai disiplin ilmu. Kakeknya di
kenal dengan al-Jauzy di daerah Jauzah. Ianya adalah seorang ulama yang
dilahirkan di Baghdad pada tahun 511 H atau 1117 M. Tepatnya lahir pada era
dinasti Abbasiyah pada saat kepemimpinan al-Mustadhhir Billah. Ibnul Jauzy
tumbuh dalam keluarga berkecukupan lagi
kaya. Kerabatnya merupakan pedagang perunggu sehingga terkadang beliau
menamakan dirinya dengan Abdurrahman ash-Shaffar atau Ibnul Jauzy ash-Shaffar.
Ayahnya,
Abdurrahman bin al-Jauzy wafat tatkala beliau masih berumur tiga tahun. Lantas
beliau diasuh oleh ibu dan bibinya. Beliau tumbuh dengan baik dan cerdas
dibawah pengasuhan keduanya. Setelah menginjak dewasa, bibinya melihat
kecerdasan dalam dirinya sehingga sang bibi mengirimkanya pada al-Hafidz bin
Nashir untuk diajari ilmu agama lebih banyak dari sebelumnya. Hal tersebut
terjadi saat umur beliau masih lima tahun, yaitu pada tahun 516 H.
Akhlak dan Ibadahnya
Ibnul Jauzy
kecil sangat suka dengan ilmu. Ia tumbuh menjadi seorang yang wara’, bertaqwa
lagi zuhud. Ia tidak suka banyak bergaul dengan orang karena takut waktunya
terbuang, terjerumus pada hal yang sia-sia, sehingga ia amat menjaga dirinya,
ruhnya, serta waktunya. Al-Hafidz Ibnu Katsir mengomentari beliau, “ dahulu
tatkala ia masih kecil, ia tidak banyak bergaul dengan orang dan tidak pula
memakan sesuatu yang masih syubhat. Ia tidak keluar rumah kecuali untuk
melaksanakan sholat Jum’at, dan ia tidak bermain dengan anak-anak kecil lain.”
Ia banyak
membaca al-Qur’an, menghatamkanya sekali dalam setiap minggu, melaksanakan
sholat malam, sentiasa berdzikir pada Alloh dan hidup dalam keshalihan. Ia
memiliki akal yang cerdas dan jawaban
yang tepat.
Majlis Nasihat
Diantara kegiatan
beliau adalah sebagai pemberi nasihat. Ya. Kesungguhan beliau tidak hanya
terbatas pada tulisan pena dan karangan-karangan beliau, tetapi lebih dari itu.
Imam Ibnul Jauzy memiliki andil besar dan amat terkenal dalam memberikan nasihat,
peringatan, khutbah-khutbah, maupun dakwah yang sifatnya umum maupun khusus.
Imam Ibnu Katsir mengatakan bahwa ia memiliki kelebihan tersendiri dalam teknik
memberikan nasehat yang belum pernah disamai oleh seorangpun. Perhatianya dalam
bidang ini pun belum ada tandinganya. Demikian dalam metodenya, tutur katanya,
keindahan setiap untai katanya, kemanjuran nasihatnya, kedalaman pembahasanya
tentang nilai moral serta pendekatanya pada hal baru. Kelebihanya dapat kita
lihat dari ungkapanya yang ringkas lagi mudah dipahami, dimana beliau mampu
menghimpun beragam gagasan dalam satu kalimat singkat”.
Tersebab kegiatan
beliau sebagai seorang pemberi nasihat, penceramah, guru dan penulis serta
tingkat pemahaman beliau terhadap hadits, maka pada suatu ketika tatkala Ibnul
Jauzi sedang bersama para sahabat dan muridnya ia berkata, ““ jika kalian tidak
menemukanku di Syurga, maka tanyakanlah tentang aku pada Alloh. Ucapkanlah,
“wahai rabb kami, hamba-Mu fulan dulu ia pernah mengingatkan kami untuk
mengingatMu, maka masukanlah ia bersama kami di Syurga-Mu”, lantas beliau
menangis. Hal ini karena terdapat sabda nabi yang mengatakan bahwa “Apabila penghuni syurga telah masuk ke
dalam syurga, lalu mereka tidak menemukan sahabat-sahabat mereka yang selalu
bersama mereka dahulu sewaktu di dunia. Mereka pun
bertanya tentang sahabat mereka kepada Allah: "Ya Rabb. Kami tidak melihat
sahabat-sahabat kami yang sewaktu di dunia solat bersama kami, puasa bersama
kami dan berjuang bersama kami." Maka Allah berfirman: "Pergilah kamu
ke neraka, lalu keluarkanlah sahabat-sahabat mu yang di hatinya ada iman
walaupun hanya sebesar zarah."
Menuju Rafiqul A’la
Setelah usianya ia
kerahkan untuk menyeru, da’I, penulis, zuhud dan ikhlas, sekitar 90 tahun, maka
sudah saatnya ia kembali pada pangkuan sang Pencipta. Beliau wafat di Baghdad pada
malam jum’at pada tanggal 12 Ramadhan 597 H.
beliau di kuburkan disisi imam Ahmad bin Hanbal.
Ya Alloh…rahmat-Mu semoga
senantiasa iringi dirinya, masukan ia kedalam surga-Mu yang lapang nan penuh
kenikmatan. Dan semoga kita dapat mengambil manfaat dari ilmu yang ia wariskan.
Oleh karena itu, sudah
selayaknya kita menapaki jejak langkahnya. Memompa diri agar memiliki jiwa
teguh nan semangat sepertinya, berjuang untuk agama, menasihati dalam benar dan
taqwa, menjejali hidup untuk saling menasehati. Tersebab nasihat merupakan
amalan sederhana yang sangat berpengaruh untuk jiwa. Denganya seseorang dapat terangkat dari api neraka. Cukuplah
semua ini menjadi hikmah untuk kita semua.
Ref: Ibnu Katsir, al-Bidayah
wa an-Nihayah/ 13: 28-29
Ibnul
Jauzi, Shaidul Khatir
Ahmad Farid, 60 Biografi Ulama Salaf/
716, 719
0 komentar:
Posting Komentar