Bersama Orang Tua Menggamit Syurga
وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُمْ بِإِيمَانٍ
أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَا أَلَتْنَاهُمْ مِنْ عَمَلِهِمْ مِنْ
شَيْءٍ ۚ كُلُّ امْرِئٍ بِمَا كَسَبَ رَهِينٌ
“Dan orang-orang yang beriman,
dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak
cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala
amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya”. [ath-Thûr/52:21]
Saudariku
tercinta...
Kenikmatan
hakiki seorang mukmin adalah saat ia menginjakkan kakinya di pelataran Syurga.
Kenikmatan terindah yang diidamkan setiap mukmin. Sebab Alloh telah memberikan
kisah indah dalam firman-Nya, Ia dengan keMaha Adilan-nya pun memberikan nikmat
lain yang tak pernah disangka manusia. Yaitu kelak di Syurga
Alloh akan mempertemukan orangtua dengan anak cucu mereka. Masya Alloh..
Bersama Orang Tua menggamit Syurga
Dalam tafsir
ayat ini kita akan mentadaburi kasih-Nya yang tak terhingga. Dalam ayat
ini Alloh berfirman “Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak
cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka
dengan mereka”. Maksudnya, sebagaimana yang dikatakan oleh Wahbah
Zuhaili dalam kitabnya tafsir al-Munir bahwa kelak di Syurga para orang tua
akan dipertemukan dan dikumpulkan dengan anak keturunan mereka yang mengikuti
jejak mereka dalam keimanan, ditempatkan di Syurga pada derajat yang sama.
Hal tersebut ditujukan sebagai bentuk takriman
(pemuliaan), ganjaran dan balasan tambahan terhadap para orang tua supaya tenang
dan tentram jiwa mereka, damai sejuk dengan berkumpulnya mereka bersama
anak cucunya di Syurga walaupun amalan anak cucu (yang beriman) tidak sebanding atau sepadan dengan amal dan ganjaran mereka. Inilah kasih sayang Alloh yang mendahului amarah-Nya. Semua hal tersebut
diatas senada dengan sebuah riwayat marfu’ bahwa Nabi SAW., bersabda sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibu Jarir,
Ibnu Mundzir, al-Hakim, dan al-Baihaqy dari sahabat Ibnu Abbas bahwa Alloh SWT
akan mengangkat derajat anak cucu orang mukmin kelak di Syurga bersama mereka
dalam satu derajat walaupun amalan anak cucu mereka tiada sama dengan mereka
supaya tentram pandangan mereka.
Hal ini
sebagaimana diriwayatkan oleh al-Hafidh ath-Thabrany dari Ibnu Abbas dari Nabi
SAW., beliau bersabda: “Jika salah seorang masuk Syurga maka ia akan
bertanya mengenai bapaknya, istrinya serta anaknya. Maka kemudian dikatakan
padanya bahwa mereka tidak sampai derajatmu, lantas lelaki tersebut berkata, “
wahai Rabbku, sungguh aku telah beramal untukku dan untuk mereka”. Kemudian
kaum kerabat atau keluarganya menyusul bersamanya. Setelah itu Ibnu Abbas
membaca firman-Nya tersebut“.
Tidak Mengurangi Pahala Orang Tua
Kenikmatan
tersebut diatas tidaklah mengurangi pahala amal orangtua mereka. Hal ini seirama dengan yang diungkapkan oleh Imam
ath-Thabari: Kami tidak mengurangi ganjaran kebaikan mereka sedikit pun dengan
mengambilnya dari para orang tua untuk kemudian Kami tambahkan bagi anak-anak
mereka yang Kami tempatkan bersama mereka. Akan tetapi, Kami beri mereka pahala dengan
penuh, lantas Kami susulkan anak-anak mereka ke tempat-tempat mereka (para
orang tua) atas kemurahan dan kasih sayang Kami bagi mereka.
Hanya Berlaku Dalam Syurga,
Sebab Setiap Manusia Terikat dengan Amalnya
Penyepadanan derajat dan
ganjaran yang Alloh SWT., berikan bagi orang tua dan anak cucunya hanyalah
berlaku dalam hal derajat dan ganjaran syurga saja, tidak pada selainya. Hal
ini sebagaimana yang dikatakan oleh Syaikh as-Sa’di bahwa, penggalan ayat ini
ditujukan untuk menghilangkan prasangka bahwa anak-anak penghuni neraka
(ahlun-nar) pun mengalami hal serupa. Yaitu akan berada di tempat yang sama
dengan orang tua mereka. Lantas Allah SWT., mengabarkan bahwa keadaannya tidak
demikian. Dalam masalah ini, tidaklah sama kondisi antara surga dan neraka.
Neraka adalah tempat penegakan keadilan. Sehingga Allah SWT., tidak akan
mengadzab seseorang kecuali dengan perbuatan dosanya. Seseorang juga tidak
memikul dosa orang lain. Hal ini dikarenakan Alloh SWT telah mengatakanya sendiri dalam firman-Nya, “ setiap jiwa itu
berdasarkan apa yang ia usahakan”. Maksud dari ayat ini
ialah bahwa setiap jiwa tertahan dengan amalnya, ia tidak dibebani dosa orang
lain baik orang tersebut adalah sang bapak maupun sang anak. Hal tersebut senada
dengan sebuah ayat lain “setiap yang berjiwa bertanggung jawab atas apa yang
telah mereka usahakan kecuali penduduk syurga”. (QS. Al-Mudatsir: 38-39)
Akhwaty…Ini semua merupakan karunia Alloh bagi para anak dengan berkah amal
orangtua mereka, begitupun sebaliknya. Seorang bapak juga mendapat berkah dari
doa anaknya. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Abu Hurairah ia
berkata, Rasuulloh SAW., bersabda, “ sesungguhnya Alloh SWT.,mengangkat derajat
seorang hamba-Nya yang shalih di Syurga, maka hamba berkata, “ wahai Rabb,
bagaimana semua ini terjadi? Maka Alloh berkata, “ karena permohonan
ampun anakmu untukmu”. Semoga dengan ini kita mampu menjadi orang tua yang
shalih yang dapat mengangkat derajat anak kita di Syurga dan menjadi anak
sholih yang senantiasa mendoakan kedua orang tua. Wallohu A’lam.
Ref: Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di, Taisir al-Karim
ar-Rahman, hlm. 780
Ibnu Jarir ath-Thabari, Tafsir
ath-Thabary, jild. 9/ 7656
Ismail Haqy bin Musthafa
al-Khalwaty, Ruhul Bayan fi Tafsir al-Qur’an, jild. 9/ 191
Wahbah az-Zuhaili, Tafsir al-Munir,jild.
14/ 73 dan 86
0 komentar:
Posting Komentar